Lucu saja rasanya ketika orang bilang bahwa akan bersahabat selamanya,
selamanya itu lama sekali. Begitu juga aku, seorang tak banyak memiliki
teman dekat, aku bahkan lebih takut memilih teman ketimbang pacar.
Lucu saja saat orang bilang akan bertemu lagi, bilang dari
“bareng2 terus yaa”
Terus “yang penting masih bisa atur jadwal kumpul lah”
Udah gitu “yang penting masih bisa ketemu sesekali lah”
Sampe akhirnya “mereka apa kabar yaa”
“Udah lama nggak ketemu”
“kangen jg pengen ketemu”
orang-orang datang dan pergi begitu saja, selagi masih bisa kumpul usahain kumpul Nikmatin kebersamaan selagi masih ada
Kuliah mengambil jurusan komunikasi, bekerja di stasiun tv membuaku mengeal banyak orang, pernah sekali atasanku bertanya,
“kamu punya teman dekat?”
“ya, ada beberapa” jawabku
“masih ketemuan?”
“sudah agak jarang,pak.. masing-masing terlampau sibuk sendiri”
“apakah mereka istimewa bagimu?’
Belum sempat aku menjawab atasanku melanjutkan
“ingat, pada akhirnya yang istimewa akan digantikan dengan yang selalu ada” lalu ia pergi menjauh sambil tertawa.
Memang benar katanya, Dulu kalau mau kumpul tinggal kumpul, lama - lama
diajakin via grup chat yang respon makin dikit, makin dikit, makin
dikit dan Ada satu titik dimana kita seolah ngeliat kebelakang, terus
sadar kalau temen-temen yang dulu barengan satu per satu pada hilang.
“Nanti juga bisalah kumpul lagi kayak dulu” adalah kebohngan terjahat
yang pernah kita beritahu. Hal pertama yang kamu sadari ketika kamu
bangun adalah semuanya hilang, semua hal bagus itu, akakah akan
menghilang? YA! Tentu saja.
Jangan remehin secuil rasa kangen.
Tapi sayangnya, kangen itu datangnya gak barengan ; pas kita kangen,
mereka yg dikangenin gak lagi kangen, dan gitu sebaliknya. Kalau ada
yang ngajak kumpul, usahain kumpul walaupun lagi gak kangen-kangen amat
atau malah emang lagi males. Siapa yang tahu itu saat terakhir mereka?
Atau bahkan kamu..
Dari yang mau nyapa tinggal nyapa, sampe kalau mau chat/nelfon mesti nanya dulu sibuk apa enggak.
Dari yang asal main tag foto-foto aib sampe yg mau ikut komen aja ragu, gara-gara banyak komen dari temen-temen barunya.
Dari
yang kalau mau chat nggak perlu ada topik aja bisa seru, sampe yang mau
mulai chat sm temen lama aja harus nunggu ada perlu/topiknya.
Dari
yg udah nggak tau malu minjem duit sampe yg segen sekedar mau nanya
kabar. Akhirnya? Cuma berani scrolling news feed temen-temen lama.
Saya berbahagia kalau kalian semua baik-baik saja dan Sampe masing-masing udah sibuk sendiri.
Kalau
udah kayak gini, ya nggak bisa nyalahin siapa-siapa, emang masanya udah
habis, dan cuma bisa bilang ” sukses lah bro, sampai jumpa kelak”
Saya
begitu mengingat curhatan teman-teman saya, Seorang kawan sedang
bercerita tentang perasaannya. Dimana dia memiliki kekasih yang
meninggalkannya entah apa alasannya. Harusnya dia lebih jeli menilai dan
melihat, apakah benar ada cinta atau hanya ketertarikan dan obsesi
sesaat diantara mereka.Namun, ya sudahlah sebagai teman aku hanya bisa
mendengar dan memberi tanggapan.Malam pun berlanjut, ditemani cahaya
bintang dan hembusan angin ku coba untuk membuka pikirannya.Aku pun
bertanya padanya,
"Apakah kau tidak lelah seperti ini dan mengharap sesuatu yang tidak pasti?".
Dia pun menjawab dengan sedikit senyuman,
"Lelah?.
Jujur, iya. Tapi setiap aku ingin pergi, hati meminta untuk berjuang
lagi, dan logikaku seakan berkata masa cuma segini?. Jadi, aku
memutuskan untuk kembali".
Sambil tersenyum ia berkata
"Mencari
teman hidup itu bukan perihal tampang, harta, apalagi gelar, tapi
tentang seseorang yang mau duduk bersamamu sampai rambut memutih dan
raga tak mampu lagi berbuat banyak."
Aku rasa dia benar, banyak dari
kita terdistorsi dengan tampang dan gaya, lupa bahwa sebenarnya
berkomitmen itu tentang berkomunikasi. Aku selalu percaya, cinta adalah
reaksi kimia, gabungan feromon, endorfin dan serotonin. Setelah beberapa
tahun, zat-zat tersebut akan hilang dari pasangan. Iya, cinta bisa
menghilang. Lalu kenapa kakek-neneku bisa bertahan hidup berdua sampai
mereka meninggal? Karena saat cinta menghilang, mereka punya sesuatu
yang disebut kasih sayang, keterbiasaan, empati dan tentu saja,
komunikasi.
Jadi sejak saat dimana atasanku berkata “ingat, pada
akhirnya yang istimewa akan digantikan dengan yang selalu ada” aku
berpikir sejenak mulai mengambil handphoneku dan mengetik sms,
kukirimkan keseluruh kontak teman smp,sma,kuliah, serta kolega dan
patner kerjaku.
“aku tidak tahu bagaimana harus memulainya,
tapi aku akan begitu bersyukur kepada Tuhan karna Ia telah meberikan
elemapatn padaku untuk prnah bertemu dan mengenal kalian, jangan
tanyakan seberapa besar rasa sayangku pada kalian, cukup Tuhan yang tahu
seberapa bosan Ia mendengar nama kalian dalam doaku. Terima kasih
kalian telah menemaniku melakukan hal-hal konyol dan begitu menyenangkan
dan selalu ada untukku, terima kasih teman"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar