Kamis, Januari 10

REVIEW: "Toy Story 3"


Pixar mungkin adalah satu - satunya yang tidak pernah menghasilkan film yang mengecewakan bagi saya. Meski Up bisa dibilang kurang greget untuk film buatan Pixar, tapi secara keseluruhan Up tetaplah film yang bagus. Ghibli yang disebut sebagai Pixar versi Jepang bahkan masih memiliki 1 - 2 film yang kurang bagus, sementara Pixar sejauh ini track record-nya sempurna. Toy Story 3 sepertinya bakal memperkuat posisi Pixar dan memperpanjang rekornya sebagai penghasil film paling jempolan di muka bumi ini. Sebelum Toy Story 3 dirilis, saya sudah yakin film ini akan menjadi film yang bagus apalagi bisa dibilang saya tumbuh bersama Woody and the gank. Saya menyaksikan Toy Story 2 di usia 9 tahun dan langsung dibuat terperangah olehnya, seketika itu saya langsung melanjutkannya dengan Toy Story. Kisahnya sangat dekat dengan saya apalagi karakter Andy yang cenderung mirip dengan saya membuat Toy Story sebagai salah satu film animasi favorit saya. Ekspektasi yang tinggi mengiringi langkah saya menuju ke bioskop terdekat untuk menyaksikan Toy Story 3 dalam bentuk 3D.



Andy (John Morris) sudah berusia 17 tahun dan sebentar lagi memasuki perguruan tinggi. Saat usia beranjak dewasa, Andy tidak lagi bermain dengan mainannya dan hal ini membuat Woody (Tom Hanks) dan Buzz Lightyear (Tim Allen) serta mainan yang lain merasa sedih. Terlebih saat Andy memilih Woody untuk dibawanya turut serta sementara yang lain dimasukkan ke dalam kantong sampah. Niat awal Andy adalah menyimpan mainannya ini ke atas loteng, tapi tanpa sengaja oleh ibunya dibuang ke tempat sampah. Merasa bahwa mereka sudah dilupakan oleh tuannya, gerombolan mainan ini memutuskan untuk ikut dengan mainan yang akan disumbangkan ke tempat penitipan anak bernama Sunnyside. Woody sudah memperingatkan mereka bahwa Sunnyside bukanlah tempat yang aman, tapi tak digubris oleh teman - temannya. Sekilas Sunnyside memang terlihat seperti surga bagi para mainan dimana mereka akan diajak bermain setiap hari. Bahkan penghuni lama Sunnyside menyambut mereka dengan ramah. Namun itu hanyalah topeng yang mereka kenakan karena pada kenyataannya mereka tidak sebaik yang Buzz Lightyear and the gank kira.




Sungguh sulit bagi saya untuk mencari letak kelemahan Toy Story 3. Film ini tidak hanya bagus sebagai sebuah sekuel, tetapi juga sangat sempurna sebagai sebuah penutup. Selama satu dekade ini saya tidak menemukan film yang memiliki kualitas sebagus ini. Kalau saya dipaksa untuk menyebutkan kelemahan film ini, mungkin saya akan menyebutkan di beberapa adegan terasa terlalu suram dan menakutkan untuk anak - anak. Tapi sepertinya itu bukan masalah besar. Toy Story 3 adalah sebuah film yang sangat asyik untuk diikuti. Saya rasa tak akan jadi soal jika Pixar menambah durasinya menjadi 10 menit atau 15 menit lebih panjang karena saya merasa filmnya begitu cepat usai. Belum siap untuk berpisah dengan Woody and the gank.

Hingga akhir film, Toy Story 3 berjalan begitu seru. Kita akan diajak tertawa terbahak - bahak melihat tingkah polah Woody and the gank, tegang melihat usaha untuk melarikan diri hingga menangis beruraian air mata di 15 menit terakhir. Bagi yang memiliki ikatan khusus dengan film ini atau para penonton yang mudah menangis, saya sarankan untuk membawa tissue dan menyiapkan mood karena selain mengundang tawa, film ini juga mampu membuat air mata mengalir deras. Jujur, Toy Story 3 adalah film pertama yang membuat saya menangis hingga satu liter air mata. Untunglah kacamata 3D mampu menutupi mata saya sehingga tak seorang pun perlu mengetahuinya saat berada di bioskop, haha.

Disamping karakter lama dari Toy Story 1 & 2, diperkenalkan pula karakter - karakter baru disini, seperti Lotso, boneka beruang merah yang suka memeluk dan berbau strawbery, boneka bayi raksasa hingga Chatter Telephone. Yang paling mencuri perhatian adalah pasangan Ken dan Barbie yang sangat kocak. Maksud hati ingin terlihat romantis, tapi yang terlihat oleh penonton adalah pasangan aneh yang konyol. Dijamin kehadiran mereka akan membuat kalian terhibur. Belum lagi Buzz Lightyear versi Spanyol yang sanggup bikin perut saya sakit lantaran tertawa terbahak - bahak tiada henti melihat polahnya. Mr. Potato Head juga menyumbang satu scene yang mampu membuat mulut penonton terasa kram. Pixar menyajikan humor ini dengan sangat cerdas, tanpa harus kelihatan bodoh, dipaksakan atau malah terkesan murahan. Mereka juga mampu mengaduk - aduk perasaan penonton di paruh akhir film sehingga sulit rasanya untuk bisa membendung air mata, apalagi didukung music score dari Randy Newman yang jempolan. Untuk urusan animasinya saya rasa tak perlu dibahas. Siapapun tahu kalau Pixar adalah salah satu yang terbaik dalam urusan membuat animasi.

Saya sangat menyarankan buat para pecinta film untuk jangan sampai melewatkan film yang satu ini. Toy Story 3 adalah sebuah petualangan yang gila, seru, menakjubkan, fantastis, konyol dan mengharukan. Sepertinya sulit untuk menemukan film sebagus ini dalam waktu dekat. Bahkan saya ragu Pixar akan bisa menghasilkan karya yang jauh lebih bagus dari Toy Story 3. Ini adalah masterpiece mereka. Meski tahun 2010 belum berakhir, saya berani menjamin Toy Story 3 akan tetap berada di posisi puncak film terbaik 2010 versi saya hingga tahun berganti. Menonton Toy Story 3 sungguh menjadi pengalaman seru tak terlupakan.

Nilai = 10/10. Perfecto, excelente!

Tidak ada komentar: