Senin, Januari 21

REVIEW: "Inception"



A must-see movie!

Jujur, menulis review Inception sangatlah tidak mudah, bahkan bisa dikatakan ini merupakan review tersulit yang pernah saya tulis. Untuk bisa memberanikan diri menurunkan tulisan ini saya membutuhkan waktu 7 hari 7 malam untuk bertapa dan mencari ide. Sialnya, saat saya sudah mulai menulis, semuanya hilang, sepertinya ide saya baru saja dicuri oleh Dom Cobb (Leonardo DiCaprio) melalui mimpi. Baiklah, saya berhenti untuk meracau dan melanjutkan untuk mengulas salah satu film paling jenius dalam 10 tahun terakhir ini. Sejak kemunculan perdana teaser trailer-nya, Inception sudah mulai mencuri perhatian khalayak ramai terlebih karena trailer yang dibuat misterius begitu pula dengan plotnya yang disimpan sedemikian rapat. Inception merupakan film paling diperbincangkan dan ditunggu oleh pecinta film, termasuk saya. Saat daftar rilisan film tahun 2010 dipublikasikan di awal tahun, Inception langsung menyeruak ke posisi puncak film yang paling saya tunggu kehadirannya. Sekarang pertanyaannya adalah, apakah sepadan penungguan para pecinta film selama kurang lebih setahun dan 10 tahun bagi Christopher Nolan untuk bisa mewujudkan film ini ? Jawabannya ; Absolutely, yes. Sangat sepadan.

Plot merupakan bagian terpenting dari film ini, oleh karenanya saya hanya akan menulis inti ceritanya saja karena saya tidak ingin merusak kenikmatan menonton para pembaca sekalian. Dom Cobb, seorang pencuri profesional yang mampu mencuri rahasia - rahasia terdalam sekalipun melalui pikiran bawah sadar korbannya di tengah keadaan bermimpi. Sebagai kriminal paling lihai di dunia yang penuh intrik, Cobb menjadi tokoh paling banyak diburu berbagai pihak. Tindakan riskannya ini pula yang mengorbankan semua yang pernah dicintainya. Demi menebusnya, dia mengambil tawaran dari Saito (Ken Watanabe) untuk menanamkan ide pada saingan bisnis Saito, Robert Fischer (Cillian Murphy). Bukan perkara yang mudah, apalagi yang diminta oleh Saito adalah insepsi (penanaman ide), bukan mencuri ide seperti yang biasa Cobb lakukan. Bersama dengan timnya yang terdiri atas Arthur (Joseph Gordon-Levitt), Ariadne (Ellen Page), Eames (Tom Hardy) dan Yusuf (Dileep Rao), Cobb harus menuntaskan misi maha sulit yang berbahaya ini jika ingin kembali bertemu dengan keluarga yang dikasihinya.


Plotnya terdengar cukup menjanjikan, bukan ? Itu masih belum ada apa - apanya dibandingkan dengan apa yang disajikan dalam bentuk visual dan naskah lengkapnya. Banyak twist yang dihadirkan disini, sangat sulit untuk menebak alurnya apalagi endingnya. Durasi 148 menit yang tergolong panjang tidak terasa bagi saya karena Inception berhasil menyihir saya untuk tetap duduk tenang di kursi bioskop dan fokus kepada apa yang disajikan di layar. Filmnya sendiri sangat menegangkan, plot berlapis - lapis dengan misteri yang menarik memaksa untuk menahan hasrat ke kamar kecil hingga film berakhir. Saya benar - benar kagum dengan ide cerita yang disodorkan oleh Christopher Nolan, sangat brilian dan tidak terpikirkan oleh siapapun sebelumnya. Pernahkah kalian membayangkan mimpi yang memiliki tiga hingga empat tingkat ? Rasanya, tidak. Mungkin jika hanya dua tingkat beberapa pernah membayangkannya, tapi dengan tiga tingkat ? Bahkan ide mengenai seseorang yang bisa mencuri dan menanamkan ide melalui alam bawah sadar sekalipun. Sutradara yang satu ini memang sudah "gila". Jika sosok Cobb dan apa yang dilakukannya memang benar adanya, mungkin saya sudah menyewanya untuk mencuri ide Nolan, haha. Sebelum Inception, Nolan juga sudah pernah membesut film gila lainnya berjudul Memento dan membuat Batman terlihat lebih berkelas di The Dark Knight.

Lupakan saja kegilaan sutradara yang satu ini, mari beralih dengan membahas hal lain. Seluruh aspek yang hadir dalam Inception sudah hampir sempurna, sulit menemukan celanya. Untuk urusan akting tak usahlah ditanya lagi. Dengan deretan cast yang memiliki track record menang atau nominasi dari Oscar dan Golden Globe sudah bisa ditebak hasilnya akan seperti apa. Leo tetap bermain gemilang seperti biasa, begitu pula dengan Ken Watanabe yang bermain sangat ciamik. Joseph Gordon-Levitt dan Ellen Page makin terlihat matang ketimbang film sebelumnya, Tom Hardy juga semakin bagus saja sejak aktingnya di Bronson yang menawan. Namun dari semua cast yang paling menonjol adalah Marion Cotillard yang berperan sebagai Mal, istri dari Cobb. Porsi aktingnya memang yang paling kecil akan tetapi Marion berhasil mengeluarkan ledakan yang paling besar diantara cast yang lain, termasuk Leo sekalipun. Semenjak menang Oscar melalui La Vie en Rose, Marion tak pernah sekalipun menghadirkan akting yang mengecewakan meski perannya kecil sekalipun, seperti dalam film ini misalnya. Secara berturut - turut Marion Cotillard membintangi dua film dimana di dalamnya memakai ensemble cast dan dalam kedua film tersebut pula aura Marion yang paling bersinar terang. Hebat sekali aktris yang satu ini. Rasa - rasanya juri Oscar akan kembali meliriknya untuk dimasukkan dalam nominasi best supporting actress tahun depan.

Banyak yang membandingkan Inception dengan The Matrix, terutama bagi mereka yang belum menontonnya. Tapi percayalah, kedua film tersebut berbeda meski jika dilihat sekilas memang cenderung mirip. Adegan aksi yang disajikan disini memang tidak seorisinil The Matrix, tapi tetap membuat saya berdecak kagum. Beberapa diantara adegan tersebut adalah adegan aksi tanpa gravitasi di hotel yang melibatkan karakter Arthur dan pengejaran atas Cobb setelah dia bertemu dengan Eames, seru sekali. Sepertinya saat adegan tersebut bergulir di layar saya tak bernafas sama sekali, haha. Humor tetap ditemukan disini, walaupun jumlahnya tidak banyak tapi cukup berhasil mencairkan ketegangan terutama ketegangan di area otak. Jika membahas mengenai adegan aksi, kurang afdhol rasanya jika special effects tak disentuh. Tapi saya bingung, mau membahas apa di area special fx ? sajiannya begitu menakjubkan dan memanjakan mata. Mungkin jika Inception hadir 10 tahun yang lalu akan terasa kering, tapi seiring dengan kemajuan teknologi, apa yang diinginkan oleh Nolan bisa diwujudkan. Contohnya saat Ariadne sang arsitek dengan mudahnya menekuk struktur bangunan dan jalanan sehingga tepat berada di atas kepala. Sajian special effect disini memang dihadirkan sesuai kebutuhan cerita sehingga tak terkesan berlebihan atau mubazir.

Fuhhhh, apa lagi yang mesti dibahas ? Untuk saat ini, tidak ada. Bukan karena saya kehabisan bahan, akan tetapi justru sebaliknya. Jika ingin membicarakan Inception, ada setumpuk bahan yang bisa dijadikan bahasan yang menarik. Tapi jika saya memaksa untuk memasukannya dalam review ini, yang ada justru akan menjadi spoiler. Membahas Inception tanpa menyentuh ranah spoiler memang sulit karena seperti yang telah saya tulis di atas, plot merupakan bagian terpenting dari film ini. Dari segi teknis pun rasanya tak ada yang perlu diulas mengingat film ini sangat unggul disana. Mungkin saya hanya ingin menyarankan kepada pembaca agar tidak datang terlambat atau melewatkan satu detik pun saat menonton film ini bioskop. Usahakan urusan di belakang sudah tuntas sehingga tak perlu bolak - balik ke toilet. Menonton film ini membutuhkan konsentrasi tinggi, sedikit saja terlewat maka buyar segalanya. Bahkan terkadang detil kecil sekalipun sangat penting bagi film ini secara sekeluruhan. Jadi, siapkan mood, tuntaskan masalah di belakang dan konsentrasilah saat menyaksikan film super jenius ini. Oia, jangan lupa matikan handphone. Selamat menonton!

Nilai = 9/10
(Maaf, masih berada di bawah Toy Story 3)

Thrilling, stunning, mind-blowing, GENIUS!

Tidak ada komentar: