"Some people will say that not all witches are evil, that their powers could be used for good. I say burn them all!" - Hansel
Jika
Hollywood mampu mengacak-acak sejarah hidup dari presiden favorit milik
Amerika Serikat, mengapa tidak dengan sebuah kisah dongeng yang telah
mendunia? Sejatinya, penceritaan ulang dengan tambahan elemen baru dari
sebuah cerita klasik bukan lagi sesuatu yang baru di dunia perfilman.
Bahkan, kita baru saja menyaksikannya tahun lalu dimana dongeng kenamaan
‘Snow White’ direka ulang di layar perak dengan tiga penafsiran berbeda
dari kepala-kepala yang berbeda pula. Dengan resepsi beragam yang
diterima, Hollywood memberi lampu hijau untuk pembuatan versi anyar dari
dongeng terkenal lain yang juga dikumpulkan oleh Grimm Bersaudara,
‘Hansel and Gretel’. Hingga saat ini, tercatat setidaknya ada 3 versi
Hansel and Gretel yang siap menyapa pecinta film sepanjang tahun 2013.
Yang paling pertama, dan yang paling dikenal tentunya, adalah milik MGM
Pictures yang diberi judul Hansel & Gretel: Witch Hunters.
Haaa... Dari judulnya saja kita sudah bisa menebak apa yang akan
dikisahkan dalam versi anyar ini. Dengan sineas asal Norwegia yang
namanya menjadi bahan pembicaraan moviegoers sedunia berkat Dead Snow, Tommy Wirkola, ditahbiskan sebagai sutradara, proyek ini sedikit banyak terdengar cukup menjanjikan.
Berdasarkan
versi yang pernah saya lahap hingga tuntas, Hansel and Gretel mempunyai
penutup layaknya dongeng kebanyakan, ‘happily ever after’. Sang
penyihir berhasil dikalahkan, kakak beradik ini menemukan tumpukan harta
milik sang penyihir, membawanya pulang, dan merayakan kemenangan
bersama sang ayah yang senantiasa berduka usai istrinya dipanggil Yang
Maha Satu. Akhir semacam ini tak akan Anda temukan dalam Hansel & Gretel: Witch Hunters.
Mengambil latar bertahun-tahun usai peristiwa traumatis bagi Hansel
maupun Gretel di pondok kue milik penyihir keji, dua bersaudara ini
masih dirundung kegelapan dan tak pernah memperoleh sedikit pun harta
dari nenek sihir. Demi menyambung hidup, Hansel (Jeremy Renner) dan
Gretel (Gemma Arterton) berkelana dari satu daerah ke daerah lain dengan
menumpas para penyihir jahat yang merisaukan penduduk. Suatu ketika,
Walikota Augsburg (Rainer Bock) memekerjakan mereka menyusul hilangnya
belasan bocah dari wilayah yang dipimpinnya. Tak mudah rupanya menangani
kasus ini. Di samping mendapat hambatan dari Sheriff Berringer (Peter
Stormare) yang menjengkelkan, penyihir yang mereka hadapi, Muriel (Famke
Janssen), pun bukan sembarang penyihir. Muriel rupanya memiliki
keterkaitan erat dengan masa lalu yang Hansel dan Gretel coba
singkirkan.
Hansel & Gretel: Witch Hunters
diniatkan sebagai tontonan hiburan di akhir pekan bagi Anda yang penat
usai menunaikan ‘tugas negara’. Bertolak ke bioskop terdekat, membeli
karcis serta cemilan, tinggalkan logika di lobi bioskop, duduk di kursi
empuk, dan nikmati suguhan ‘tak berotak’ nan menyenangkan dari Tommy
Wirkola. Apabila Snow White and the Huntsman
masih serba tanggung dan tampak malu-malu kala mencoba tampil kelam,
maka film yang skripnya digarap Wirkola dan D.W. Harper ini melaju bebas
dan mengenyahkan segala ketabuan yang dapat menghalangi proses kreatif.
Dengan rating R (17 tahun ke atas) yang diperoleh dari MPAA, Wirkola
pun bebas bernakal-nakal ria dengan mempertontonkan tubuh telanjang,
muncratan darah, tubuh yang tercabik-cabik hingga organ tubuh yang
meledak dan berceceran kemana-mana. Sejak menit pembuka, Witch Hunters
telah menghantui dengan nuansa ‘dark’ dan ‘creepy’ serta menunjukkan
tanda-tanda bahwa ini akan mendapat ‘treatment’ sebagai film dongeng
untuk dewasa yang sangat kelam. Pun demikian, film tidak lantas digiring
ke ranah horor penuh teror, melainkan justru lebih suka untuk
bermain-main di ranah aksi terlebih di ‘final battle’ dimana desingan
peluru menjadi sesuatu yang akrab untuk didengar.
Bagi
yang menggemari sebuah jenis tontonan dimana aksi berpadu manis dengan
lontaran berbagai potongan tubuh serta guyuran darah, maka Witch Hunters
akan memuaskan Anda. Silahkan berteriak, mengumpat, atau bersorak sorai
sesuka Anda. Ditilik dari sisi naskah, tidak ada yang istimewa dari
film ini dengan alur yang terbilang mudah diprediksi kemana arahnya.
Yang membuatnya menjadi terasa spesial, cara Wirkola dalam mengemasnya.
Demi menghantarkan kisah Hansel dan Gretel sang pemburu penyihir, waktu
yang dibutuhkan hanya kurang lebih 88 menit. Tidak berpanjang-panjang
atau merumitkan segalanya dengan menuangkan berbagai macam bahan ke
dalam ‘kuali’ untuk dimasak. Cukup seperlunya dan langsung pada sasaran
untuk membahagiakan penonton. Dan memang, segalanya berlangsung cepat
dan menyenangkan. Saya benar-benar menikmatinya. Tak sekalipun melongok
ke ponsel untuk memastikan berapa menit lagi yang saya butuhkan untuk
tersiksa di kursi bioskop. Tak sekalipun. Wirkola sangat murah hati
dalam menggeber adegan laga yang seru dan pastinya, penuh darah.
Benar-benar sarat akan kekerasan. Ditunjang oleh kinerja departemen tata
rias, efek khusus, dan tata artistik yang mengagumkan, hidangan dari
MTV Films ini pun kian lezat untuk disantap.
Jadi... apakah Hansel & Gretel: Witch Hunters
layak untuk disaksikan di layar lebar? Tentu, selama Anda tidak
keberatan dengan tontonan yang menyuguhkan kekerasan, darah, dan
kengerian. Duet maut antara Jeremy Renner dan Gemma Arterton sebaiknya
tak Anda lewatkan begitu saja. Sajian hasil olahan Tommy Wirkola ini pun
lebih baik Anda saksikan dalam format 3D demi mendapatkan hasil yang
maksimal. Tidak hanya memberikan kedalaman gambar, tetapi juga ‘pop-out’
dengan berbagai macam potongan tubuh dilempar ke muka Anda. Tak apa
kan sedikit merogoh kocek lebih? Apabila Anda telah dikecewakan oleh Abraham Lincoln: Vampire Hunter dan Snow White and The Huntsman, ada baiknya jajal film ini. Siapa tahu dapat mengobati rasa kecewa yang didapat dari kedua film tersebut. Karena bagi saya, Hansel & Gretel: Witch Hunters
adalah sebuah film action-adventure-horror yang penuh dengan kegilaan
yang menyenangkan. Brutal, penuh darah, jenaka, menyeramkan, sekaligus
menghibur. Mungkin tak ada efek candu di dalamnya, tapi setidaknya saya
tak keluar dari gedung bioskop dengan muka kusut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar