Rabu, Desember 26

Sherlock Holmes “A Study In Scarlet” Bab 1 “Mr.Sherlock Holmes” Seri 3


 SEBELUMNYA DI SHERLOCK HOLMES “A STUDY IN SCARLET”
=Selama beberapa waktu aku tinggal di sebuah hotel di Strand, menjalani kehidupan yang tidak nyaman dan tidak berarti, menghabiskan uang lebih boros dari yang seharusnya. Kondisi keuanganku jadi morat-marit, sehingga kemudian aku menyadari bahwa aku hanya punya dua pilihan: meniggalkan ibukota dan berkarat disuatu tempat di pedalaman, atau mengubah cara hidupku secara total.=

=Tepat pada hari aku mengambil keputusan itulah aku bertemu dengan Stamford, mantri yang bertugas memerban luka di bawah pengawasanku di rumah sakit Barts.=


=“malang sekali!” komentar Stamford setelah mendengar musibah yang menimpaku.
“sekarang apa rencanamu?”
          “mencari tempat tinggal,” jawabku, “mencoba memecahkan masalah, apakah mungkin mendapatkan kamar dengan harga yang murah dan nyaman”=

=“siapa orang pertama?” tanyaku
          “rekan kerjaku di laboraturium kimia di rumah sakit. Tadi pagi dia mengeluh karena dia tidak dapat menemukan orang yang dapat berbagi dengannya. Dia menemukan apartemen yang nyaman, tapi biaya sewanya terlalu tinggi untuk ditanggung sendiri”=

Sherlock Holmes “A Study In Scarlet”
Bab 1
“Mr.Sherlock Holmes”
Seri 3

Stamford memandangku dengan ekspresi agak aneh dari balik gelas anggurnya. “Kau belum mengenal Sherlock Holmes,” katanya “mungkin kau tidak ingin ditemani dirinya setiap saat.”
          “kenapa, ada apa denganya?”
          “oh, aku tidak mengatakan kalau ada apa-apa denganya. Orangnya cukup baik, hanya saja dia memiliki gagasan yang aneh-aneh. Dia menaruh perhatian besar terhadap beberapa cabang sains”
          “Mahasiswa kedokteran, mungkin?” kataku.
          “tidak---aku tidak tahu apa tujuan belajarnya. Dia mendalami anatomi dan sangat ahli di bidang kimia, tapi sepanjang sepengetahuanku, dia tidak pernah mengikuti kegiatan medis secara sistimatik. Cara belajarnya aneh dan tidak berketentuan, namun dia berhasil mengumpulkan banyak pengetahuan yang membuat banyak professor terpana”
          “apa kau tak pernah bertanya, untuk apa dia mempelajari semua itu?” tanyaku
          “tidak, sebab dia orang yang agak tertutup, meskipun dia juga bisa bicara panjang lebar kalau dia mau”
          “aku ingin bertemu denganya,” kataku “kalau aku harus berbagi tempat tinggal dengan seseorang, aku lebih suka memilih orang yang senang belajar dan memiliki kebiasaan-kebiasaan yang tenang. Aku belum cukup kuat untuk menghadapi keributan atau suara-suara keras. Selama di Afganisthan kedua hal itu sudah banyak menderaku, sehingga aku tak mau menjumpainya lagi sepanjang sisa hidupku. Bagaimana aku bisa bertemu dengan temanmu ini?”
          “dia jelas ada di laboraturium,” sahut Stamford.
“orang itu memang aneh. Adakalanya dia tidak muncul di laboraturium selama berminggu-minggu, tapi disaat yang lain dia bisa mendekam disana dari pagi sampai malam. Kalau kau suka kita bisa kesana bersama-sama setelah makan siang”
          “ya, terima kasih,” jawabku, dan percakapanpun beralih ke hal-hal lain.
          Saat menuju rumah sakit setelah meninggalkan Holborn, Stamford kembali menyinggung masalah Sherlock Holmes.
          “jangan salahkan aku jika kau tidak cocok dengan Sherlock Holmes,” Stamford memperingatkan. “aku sendiri tak begitu dekat dengannya, jadi kelak jangan menuntut pertanggung jawabanku.” Bersambung…

Tidak ada komentar: