SEBELUMNYA DI SHERLOCK HOLMES
“A STUDY IN SCARLET”
=Pada tahun 1878 aku mendapat gelar umum dalam
Universitas London,
dan melanjutkan ke Netley untuk mengikuti pendidikan ahli bedah khusus angkatan
darat. Setelah menyelesaikan pendidikanku, aku dimasukan dalam resimen
Northumberland Fusiliers Kelima sebagai asisten ahli bedah.=
=Perang Afganisthan kedua mendatangkan penghargaaan
dan promosi bagi banyak orang, tapi malah yang kuterima malah kesialan dan
bencana. Aku dipindahkan ke resimen Berkshires dan berjuang bersama mereka
dalam pertempuran yang fatal di Maiwand.=
=Aku tertembak dalam pertempuran itu. Peluru Jezail
mengenai bahuku dan menembus sampai tulang serta arteri. Hamper saja aku jatuh
ke tangan Ghazi yang gemar membunuh, kalau bukan karena jasa mantriku Murray.=
=kondisiku begitu lemah sehingga para dokter segera
memutuskan untuk segera memulangkanku ke Inggris. Tanpa menyia-nyiakan waktu
seharipun, aku diberangkatkan dengan kapal perang Orontes, dan mendarat sebulan
kemudian di dermaga Portsmouth.=
Sherlock Holmes “A Study In Scarlet”
Bab 1
“Mr.Sherlock Holmes”
Seri 2
Aku tidak memiliki kerabat di
inggris, jadi hidupku sebebas udara---atau lebih tepatnya, orang yang
berpenghasilan sebelas shilling enam penny sehari. Dalam keadaan seperti itu,
jelas aku tertarik ke London,
tempat berkumpulnya pemalas dan penggangur. Selama beberapa waktu aku tinggal
di sebuah hotel di Strand, menjalani kehidupan
yang tidak nyaman dan tidak berarti, menghabiskan uang lebih boros dari yang
seharusnya. Kondisi keuanganku jadi morat-marit, sehingga kemudian aku
menyadari bahwa aku hanya punya dua pilihan: meniggalkan ibukota dan berkarat
disuatu tempat di pedalaman, atau mengubah cara hidupku secara total. Memilih
yang terakhir, aku membulatkan tekad untuk meninggalkan hotel dan mencari
tempat lain yang tidak semewah dan semahal hotel tersebut.
Tepat pada hari aku mengambil keputusan itulah aku bertemu
dengan Stamford,
mantri yang bertugas memerban luka di bawah pengawasanku di rumah sakit Barts. Stamford menepuk bahuku
ketika aku sedang berdiri di bar Criterion. Kehadiran wajah yang familier
dibelantara London
ini merupakan kejutan menyenangkan bagi pria yang kesepian seperti aku.
Meskipun dulu kami tidak terlalu akrab, sekarang aku menyapa Stamford dengan antusias. Pemuda itupun
tampak senang bertemu denganku. Dalam kegembiraan yang meluap, kuajak Stamford makan siang di
Holborn, dan kami menuju kesana dengan kereta kuda.
“apa saja yang kau lakukan selama ini, Watson?” Tanya
Stamford saat kereta kami menderap menyusuri jalanan London yang ramai. “kau tampak kurus dan
cokelat sekali”
Kuceritakan secara singkat pengalamanku, dan belum lagi
selesai sewaktu kami tiba di tempat tujuan.
“malang sekali!” komentar Stamford setelah mendengar
musibah yang menimpaku.
“sekarang apa rencanamu?”
“mencari tempat tinggal,” jawabku, “mencoba memecahkan
masalah, apakah mungkin mendapatkan kamar dengan harga yang murah dan nyaman”
“aneh,” kata Stamford,
“kau orang kedua hari ini yang berkata begitu padaku”
“siapa orang pertama?” tanyaku
“rekan kerjaku di laboraturium kimia di rumah sakit. Tadi
pagi dia mengeluh karena dia tidak dapat menemukan orang yang dapat berbagi
dengannya. Dia menemukan apartemen yang nyaman, tapi biaya sewanya terlalu
tinggi untuk ditanggung sendiri”
“kebetulan sekali!” Seruku “kalau dia benar-benar sedang
mencari orang untuk berbagi tempat tinggal dan biaya sewanya, akulah orang itu!
Aku lebih suka tinggal bersama teman daripada sendiri!” bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar